Minggu, 13 November 2011

Ular, Famili dan beberapa contoh spesiesnya

"Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat", artinya jangan pernah berhenti belajar dan menuntut ilmu dimanapun dan kapanpun selama kita hidup. Tentunya semua sependapat dengan pepatah tersebut, hidup memang merupakan sebuah proses pembelajaran, dan tidak ada pembelajaran yang paling efektif dan paling asik selain belajar apa yang kita senangi dan datang dari keinginan sendiri setidaknya menurut pendapat aku lho.. hehe


Ketika asik browsing mencari berbagai refferensi tentang jenis-jenis ular rawa di Indonesia, tanpa sengaja tertarik membaca postingan di blog sebelah mengenai 10 daftar ular paling berbahaya di dunia. Sebenarnya mengenai ular berbahaya ini sudah sering baca dan nonton di tv termasuk di National Geographic Chanel, namun entah mengapa tergerak untuk turut ngepostingnya baru kali ini, huh !.


Ular adalah reptil yang tak berkaki dan bertubuh panjang. Ular memiliki sisik seperti kadal dan sama-sama digolongkan ke dalam reptil bersisik (Squamata). Perbedaannya adalah kadal pada umumnya berkaki, memiliki lubang telinga, dan kelopak mata yang dapat dibuka tutup. Akan tetapi untuk kasus-kasus kadal tak berkaki (misalnya Ophisaurus spp.) Perbedaan ini menjadi kabur dan tidak dapat dijadikan pegangan. Merupakan salah satu reptil yang paling sukses berkembang di dunia. Di gunung, hutan, gurun, dataran rendah, lahan pertanian, lingkungan pemukiman, sampai ke lautan, dapat ditemukan ular. Namun jarang ditemui di tempat-tempat yang dingin, seperti di puncak-puncak gunung dan daerah daerah padang salju atau kutub, hal ini di karenakan ular adalah hewan berdarah dingin.

Reptil ini memangsa berbagai jenis hewan bahkan yang lebih besar dari ukuran tubuhnya. Ular-ular perairan memangsa ikan, kodok, berudu, dan bahkan telur ikan. Ular pohon dan ular darat memangsa burung, mamalia, kodok, jenis-jenis reptil yang lain, termasuk telur-telurnya. Beberapa ular besar mampu menelan mamalia besar seperti kijang, babi hutan, bahkan manusia.

Ular-ular besar umumnya tidak berbisa dan membunuh atau melumpuhkan mangsa dengan kekuatan lilitan tubuhnya, sedangkan ular-ular yang berukuran relatif kecil umumnya memiliki bisa untuk melumpuhkan mangsa. Biasanya bisa ini berefek melumpuhkan sistem saraf pernapasan dan jantung (neurotoksin), atau merusak peredaran darah (haemotoksin), dalam beberapa menit saja. Bisa yang disuntikkan melalui gigitan ular itu biasanya sekaligus mengandung enzim pencerna, yang memudahkan pencernaan makanan itu apabila telah ditelan.
Ular merupakan hewan berdarah dingin sehingga seperti hewan berdarah dingin umumnya, ia perlu mencari sumber panas untuk menghangatkan tubuhnya sehingga seringkali di temukan berjemur dibawah sinar matahari dan sangat menggemari tempat-tempat atau terowongan-terowongan yang hangat dan lembab.

Kebanyakan jenis ular berkembang biak dengan bertelur. Jumlah telurnya bisa beberapa butir saja, hingga puluhan dan ratusan butir. Ular meletakkan telurnya di lubang-lubang tanah, gua, lubang kayu lapuk, atau di bawah timbunan daun-daun kering. Beberapa jenis ular diketahui menunggui telurnya hingga menetas; bahkan ular sanca ‘mengerami’ telur-telurnya.

Sebagian ular, seperti ular kadut belang, ular pucuk dan ular bangkai laut telurnya berkembang dan menetas di dalam tubuh induknya (ovovivipar), lalu keluar sebagai ular kecil-kecil. Beberapa ular di duga mampu berkembang biak secara partenogenesis seperti halnya ular kawat Rhampotyphlops braminus (ular cacing).


Banyak orang merasa takut dan membenci ular, meskipun sesungguhnya ketakutan itu kurang beralasan, atau lebih disebabkan oleh kurangnya pengetahuan orang umumnya terhadap sifat-sifat dan bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh ular. Pada kenyataannya, kasus gigitan ular –apalagi yang sampai menyebabkan kematian– sangat jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan kasus kecelakaan di jalan raya, atau kasus kematian (oleh penyakit) akibat gigitan nyamuk.

Menyusutnya populasi ular terutama ular sawah sebagai predator alami tikus disinyalir sebagai penyebab meledaknya populasi tikus yang menggagalkan sawah-sawah di beberapa daerah. Sehingga petani-petani disana melakukan upaya dengan melepaskan kembali (reintroduksi) jenis-jenis ular sawah dan melarang pemburuan ular di desanya.

Ular tidak memiliki daun telinga dan gendang telinga, tidak mempunya keistimewaan ada ketajaman indera mata maupun telinga. Matanya selalu terbuka dan dilapisi selaput tipis sehingga mudah melihat gerakan disekelilingnya, sayangnya ia tidak dapat memfokuskan pandangnnya. Ular baru dapat melihat dengan jelas dalam jarak dekat.

Indera yang menjadi andalan ular adalah sisik pada perutnya, yang dapat menangkap getaran langkah manusia atau binatang lainnya.

Lubang yang terdapat antara mata dan mulut ular dapat berfungsi sebagai thermosensorik (sensor panas) - organ ini biasa disebut ceruk atau organ Jacobson. Ular juga dapat mengetahui perubahan suhu karena kedatangan mahluk lainnya, contohnya ular tanah memiliki ceruk yang peka sekali.

Manusia sebenarnya tidak usah takut pada ular karena ular sendiri yang sebenarnya takut pada manusia. Ular tidak dapat mengejar manusia, gerakannya yang lamban bukan tandingan manusia. Rata rata ular bergerak sekitar 1,6 km per jam, jenis tercepat adalah ular mambaa di Afrika yang bisa lari dengan kecepatan 11 km per jam. Sedangkan manusia, sebagai perbandingan, dapat berlari antara 16-24 km per jam.

Beberapa ular memiliki bisa (memiliki racun, venom/venomous), namun banyak pula yang tidak. Pada umumnya bisa pada ular hanya bisa ringan jika di peruntukan manusia, dan ular lebih suka menghindar dibanding menyerang kecuali untuk kasus-kasus tertentu misalnya kaget atau saat melindungi telut-telurnya ular bisa menjadi agresif. Ular-ular yang berbisa kebanyakan termasuk suku Colubridae; akan tetapi bisanya umumnyatidak begitu kuat. Ular-ular yang berbisa kuat di Indonesia biasanya termasuk ke dalam salah satu suku ular berikut: Elapidae (ular sendok, ular belang, ular cabai, dll.), Hydrophiidae (ular-ular laut), dan Viperidae (ular tanah, ular bangkai laut, ular bandotan), Naja (kobra).


Berikut beberapa contoh spesies dari beberapa Famili Ular dan nama lokalnya ;


Suku Typhlopidae misalnya, ular kawat (Rhamphotyphlops braminus)
Suku Cylindrophiidae misalnya, ular kepala-dua (Cylindrophis ruffus)
Suku Pythonidae contohnya ular sanca hijau, Ular sanca hijau (Morelia viridis), Ular sanca ( P. molurus), Ular Dipong (P. curtus), Sawa atau sanca kembang (P.reticulatus).

Phyton reticulatus ( Sanca Kembang)



Suku Acrochordidae contohnya ular karung (Acrochordus javanicus)
Suku Xenopeltidae ular pelangi atau ular tanah (Xenopeltis unicolor)
Suku Colubridae, adalah keluarga ular dengan anggota terbanyak. Ular kolubrid umumnya merupakan ular tak berbisa (non-venomous), atau memiliki bisa yang lemah, sehingga tidak begitu membahayakan manusia. Akan tetapi beberapa di antaranya, seperti beberapa jenis dari margaBoiga, Coluber dan Rhabdophis, gigitannya dapat berakibat serius. Bahkan gigitan ular Boomslang (Dispholydus typus) dan African Twig Snake, keduanya jenis ular pohon dari Afrika, dapat membunuh manusia. contoh lainnya adalah
ular-air pelangi/ular tanah (Enhydris enhydris), ular kadut belang (Homalopsis buccata), ular cecak (Lycodon capucinus), ular gadung (Ahaetulla prasina), ular cincin mas (Boiga dendrophila), ular terbang (Chrysopelea paradisi), ular tambang/ular paikat (Dendrelaphis pictus), ular birang (Oligodon octolineatus), ular tikus atau ular jali (Ptyas korros), ular babi (Elaphe flavolineata), ular serasah (Sibynophis geminatus), ular sapi (Zaocys carinatus), ular picung (Rhabdophis subminiata), ular kisik (Xenochrophis vittatus).
Suku Elapidae, misalnya ular cabai (Maticora intestinalis), ular weling (Bungarus candidus), ular sendok (Naja sp.), ular king-cobra (Ophiophagus hannah).

Naja sp (Kobra)



Suku Viperidae contohnya antara lain ular bandotan puspo (Vipera russelli), ular tanah (Calloselasma rhodostoma), ular bangkai laut (Trimeresurus albolabris)

Sumber : Wikipedia, Komunitas Pecinta Satwa, dan beberapa sumber lain yang relevan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar